Salah satu syarat utama dalam pengamatan satwa liar adalah mengenakan pakaian berwarna gelap agar tidak mengusik keberadaan satwa yang diamati. Namun pengamatan burung yang dilakukan pada hari ini (4/10) merupakan pengecualian. Dalam rangka menyemarakkan Hari Batik Nasional yang diperingati pada 2 Oktober lalu, sahabat TRASHI mengajak pelajar, mahasiswa dan warga Jakarta untuk mengamati burung dengan mengenakan dress code batik. Cara ini terbilang cukup unik, pasalnya batik yang biasanya dikenakan saat kegiatan resmi seperti menghadiri undangan pernikahan, ternyata bisa juga digunakan untuk kegiatan lapangan.
“Konsep kegiatan pengamatan satwa liar dengan berbatik merupakan salah satu wujud kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia pada warisan leluhur” ujar Abay koordinator kegiatan Monitoring Keanekaragaman Hayati Taman Kridaloka. Lebih lanjut, Abay menjelaskan bahwa kegiatan pengamatan satwa liar di taman kota ini juga merupakan salah satu wujud kecintaan kita sebagai bangsa Indonesia yang dianugerahi sebagai negara dengan keragaman hayati yang tinggi.
Monitoring Keanekaragaman Hayati Taman Kridaloka ini didukung oleh beberapa lembaga lingkungan antara lain Transformasi Hijau, Biological Bird Club (BBC) “Ardea” Fakultas Biologi Universitas Nasional, dan Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI. Gelaran pengamatan satwa liar yang sudah dimulai sejak 26 September 2015 ini berhasil mengajak pelajar dan warga Jakarta untuk belajar satwa liar di alam secara langsung sekaligus berwisata di taman kota.
Sahabat TRASHI yang terlibat dalam pengamatan satwa liar kali ini berasal dari Mahasiswa Pecinta Alam Stacia Universitas Muhammadiyah, Siswa Pecinta Alam Tigmapala SMA 35 dan Siswa Pecinta Alam Saptapala SMA 7, yang difasilitasi oleh BBC “Ardea” dan Biodiversity Warriors. Sebanyak 37 peserta melakukan pengamatan di area seluas 4 hektar. Sesi pengamatan dibagi berdasarkan waktu aktifitas satwa liar, yaitu sesi pagi dimulai pukul 09.00 – 11.00 WIB dan sore dari pukul 14.00 – 17.00 WIB. Pengamatan satwa liar ini berhasil mendata 14 jenis burung, tiga jenis kupu-kupu, satu jenis capung dan dua jenis herpetofauna.
Daftar satwa liar yang didata dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:
A. Burung
- Burung gereja Erasia Passer montanus
- Tekukur biasa Streptopelia chinensis
- Walet linchi Collocalia linchi
- Cipoh kacat Aegithina tiphia
- Cabai jawa Dicaeum trochileum
- Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis
- Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala
- Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps
- Cinenen pisang Orthotomus sutorius
- Layang-layang batu Hirundo tahitica
- Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis
- Betet biasa Psittacula alexandri
- Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster
- Caladi ulam Dendrocopos macei
B. Kupu-kupu
- Papilio demoleus
- Neptis hylas
- Leptosia nina
C. Capung
- Pantala flavescens
D. Herpetofauna
- Bunglon taman Calotes versicolor
- Cicak rumah Cosymbotus platyurus
Hasil pengamatan yang dilakukan di taman Kridaloka yang berada di tengah kota ini membuktikan bahwa taman kota memiliki peran penting sebagai pendukung kelestarian satwa liar di alamnya. Berdasarkan hasil temuan ini, TRASHI percaya bahwa semakin bertambahnya luasan ruang terbuka hijau perkotaan, diperkirakan akan menambah jumlah satwa liar yang dapat ditemui di ekosistem perkotaan. Bukan tidak mustahil, bahwa ekosistem kota Jakarta, khususnya kawasan ruang terbuka hijaunya mampu mendukung kelestarian satwa liar di alam bebasnya.
Tertarik dengan kegiatan pengamatan satwa liar berikutnya di Taman Kridaloka? Catat jadwalnya pada tautan berikut (Jadwal pengamatan satwa Kridaloka 2015). Informasi lengkap tentang kegiatan ini hubungi Abay 0856 9543 7643. Sampai jumpa minggu depan di Taman Kridaloka, mari belajar satwa liar ibu kota dan ceritakan keseruannya (Ahmad Baihaqi – Hendra Aquan).