habitat khas rawa gambut yang dijumpai sepanjang perjalanan |
Tidak berapa lama menaiki ketinting, perahu bermesin dongfeng yang suaranya memekakkan telinga, terlihat sekelompok Bekantan sedang asyik bercengkerama di percabangan pohon yang berada di pinggir sungai. Tidak berapa lama begitu perahu yang kami naiki mendekat, kelompok monyet Belanda itu beranjak menjauh dengan berlompatan diantara cabang pepohonan.
Bersama rekan-rekan dari KBK, Ketapang Biodiversity Keeping, saya berkesempatan berbirdwaching dan mengunjungi hutan desa Pematang Gadung yang letaknya kurang lebih satu jam perjalanan darat dari Ketapang. Selama dua hari, yaitu pada sabtu-minggu (7-8/12/13) kami ber tujuh menikmati perjalanan susur sungai.
Bersantai sejenak setelah menikmati deru ketinting |
Untuk bermalam, kami menginap di camp yang dibangun oleh FFI, sebuah lembaga konservasi yang berkantor pusat di Inggris, untuk kegiatan lapangan mereka di hutan desa ini. Sepanjang hari melakukan pengamatan tidak membuat kami surut untuk mengobrol menghabiskan malam ditengah rintik hujan yang terus turun hingga kami kembali pulang di keesokan harinya.
Tantangan selama perjalanan |
Berada di Ketapang, Kalimantan Barat merupakan kesempatan berharga untuk berjalan-jalan melihat keanekaragaman hayati yang ada, karena pastinya jauh berbeda dengan apa yang ada di Jakarta. “Wah ini hari keberuntungan mu, mas” ujar Alex salah seorang anggota KBK kepada saya karena selama perjalanan dari kampung ke lokasi camp menginap kami menjumpai empat jenis primate yang hidup secara alami disini. Selain si hidung besar, kami juga menjumpai monyet ekor panjang, kelasi dan tidak ketinggalan Orang utan. (edy sutrisno)