Kegiatan TRASHI kini semakin meluas. Selain beraktifitas di wilayah Jabodetabek, tepatnya pada tanggal 8 Juni yang lalu, TRASHI berkesempatan bermain ke hutan mangrove Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Hutan Mangrove Wonorejo. Kegiatan kali ini dilakukan bersama dengan PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) melalui kegiatan SHARP Apresiasi Indonesia, Bakti Kami Untuk Negeri. Melalui kegiatan ini TRASHI berbagi pengalaman dan cerita tentang ekosistem mangrove serta hubungannya dengan burung dan pembangunan.
Sehari sebelum kegiatan, kami meninjau lokasi kegiatan dan bertemu dengan Kelompok Tani Tambak Trunojoyo yang sudah menjadi partner SEID di kegiatan sebelumnya. Kelompok petani tambak ini memiliki peran yang penting dalam upaya pelestarian hutan mangrove Wonorejo, karena merekalah para penjaga sekaligus pengasuh dari bibit mangrove yang ditanam di kawasan pantai timur Surabaya ini.
Hutan Mangrove Wonorejo selain menjadi benteng alami pantai timur Surabaya dari abrasi air laut juga digunakan sebagai laboratorium alam bagi Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Airlangga (HIMIBIO UNAIR). Kegiatan yang bisa dilakukan di hutan mangrove ini adalah praktek pengamatan burung.
Cak Ratno, Ketua Kelompok Tani Tambak Trunojoyo mengatakan bahwa sebelumnya, mereka pernah didampingi oleh Ahmad Suwandi, salah satu anggota dewan pengawas TRASHI. Pada saat itu Suwandi mendorong kelompok petani tersebut untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove Wonorejo. Hal ini digagas karena ancaman yang dihadapi area hutan mangrove ini selain oleh pembangunan adalah sampah. Kondisi ini mirip seperti apa yang telah terjadi di hutan mangrove Jakarta.
Aksi Yukihiro Nono, SEID Senior GM saat menanam mangrove |
Penanaman mangrove yang dilaksanakan oleh SEID dan TRASHI ini melibatkan 100 mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional serta 35 orang mahasiswa dari HIMIBIO UNAIR. Peserta kegiatan ini kemudian dibagi ke dalam 6 kelompok yang kemudian melakukan penanaman mangrove dan pengamatan burung.
Yukihiro Nono, SEID Senior General Manager, memberikan tanggapan positif dengan dilakukannya penanaman mangrove di Pantai Timur Surabaya. “Pelestarian hutan mangrove penting dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pelestarian tersebut juga harus didukung oleh anak muda sebagai generasi penerus bangsa.” Dalam kesempatan ini Yukihoro memberikan apresiasi kepada kelompok anak muda yang sudah berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Kelompok tersebut diwakili oleh TRASHI, UPN dan HIMIBIO.
Pada sesi berbagi pengalaman, TRASHI membandingkan kondisi lahan basah di Jakarta dengan Surabaya. Luasa area Hutan Mangrove Wonorejo mencapai 200 hektar, namun kawasan ini belum memiliki status sebagai kawasan konservasi. Pasalnya, janji dan wacana yang dilontarkan pemerintah untuk menjadikan hutan mangrove ini sebagai kawasan konservasi tidak kunjung terjadi. Apabila dilihat dari luasannya, area ini sangat memungkinkan untuk dimasukkan menjadi kawasan konservasi. Bandingkan dengan luasa hutan mangrove di pesisir utara Jakarta. Luasannya tidak mencapai 200 hektar, itupun porsinya dibagi untuk tiga kawasan, yaitu Suaka Margastawa Muara Angke (25,02 hektar), Hutan Lindung Angke Kapuk (44,76 hektar) serta Taman Wisata Alam Angke Kapuk (99,82 hektar).
Selain melihat dari luasan ekosistem hutan mangrove, jika dilihat dari jumlah temuan burung air di lokasi pengamatan, maka di peta tambak Hutan Mangrove Wonorejo akan ditemukan sekitar 300 jenis burung. Bandingkan dengan di Jakarta. Pada luasan 25,02 hektar di Suaka Margasatwa Muara Angke, kita dapat menemukan 90 jenis burung air. Jumlah perbedaannya sangat jauh bukan?
Gaya anak muda yang terlibat dalam aksi tanam mangrove di Hutan Mangrove Wonorejo |
Memasuki sesi tanya jawab, terlihat antusias anak muda Surabaya sangat tinggi. Terbukti saat turunnya hujan di tengah sesi diskusi dan kemudian berlanjut ke aktifitas penanaman dan pengamatan burung tidak menyurutkan antusias mereka. Semangat muda ini yang harus terus digulirkan untuk mendukung kegiatan pelestarian lingkungan yang kita lakukan saat ini. Kunjungan TRASHI ke Surabaya membuktikan bahwa banyak anak muda Indonesia masih memiliki tingkat kepedulian yang tinggi pada upaya pelestarian lingkungan.
Kegiatan berbagi semangat dengan komunitas lingkungan di daerah tidak hanya dilakukan di Surabaya saja. Program Apresiasi Indonesia, Bakti Kami Untuk Negeri ini masih akan menyambangi 5 kota lainnya, yaitu Bali, Pontianak, Balikpapan dan Bandung. Mari bergabung bersama TRASHI di aksi kami selanjutnya. (Sarie Wahyuni – TRASHI)