Aksi pengumpulan sampah sisa banjir |
Sabtu (9/2/2013), satu minggu setelah peringatan Hari Lahan Basah Sedunia, sekelompok anak muda Jakarta datang berbondong-bondong menuju kawasan lahan basah terakhir Jakarta, Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA). Kedatangan mereka ke kawasan hutan mangrove ini bukan tanpa alasan. Beberapa minggu pasca banjir Jakarta (17/1/2013), kenampakan SMMA jauh dari kawasan yang layak disebut sebagai kawasan konservasi. Tempat ini lebih cocok disebut sebagai Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Istilah ini nampaknya tidak terlalu berlebihan, sebab sejauh mata memandang tebaran sampah plastik menutup permukaan rawa mangrove ini. Berbagai jenis sampah plastik bisa ditemukan di sini. Sebut saja merk produk konsumsi yang ada di rumah, setidaknya kita bisa menemukan beberapa di antaranya terselip di antar akar nafas mangrove.
“SMMA sebagai kawasan lindung mempunyai peran penting di dalam menyerap luapan air dari Kali Banjir Barat (KBB). Fungsi ini dibantu dengan adanya tanaman seperti jenis mangrove ini. Namun, kemampuan ekosistem mangrove untuk bertahan di tepi KBB sangat berat, dengan adanya beban sampah yang masuk ke dalam kawasan ini setiap air sungai pasang naik” jelas Jaja Suarja, Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara.
Jaja menambahkan bahwa sampah yang masuk ke dalam SMMA sebagian besar merupakan sampah rumah tangga. Sampah yang dibuang di sungailah yang berpotensi besar mencemari kawasan hutan mangrove ini.
Banyaknya sampah yang masuk ke dalam kawasan mangrove ini, ternyata tidak hanya memberi dampak pada kelestarian tanaman mangrove, khususnya bibit yang baru ditanam. Lebih dari itu, sampah tersebut ternyata mengancam keberadaan satwa liar yang tinggal di dalamnya.
“Sampah memicu perubahan perilaku berburu makanan Monyet ekor panjang (Macaca fasicularis). Kawanan monyet ini, di alam liar mencukupi kebutuhan makannya melalui konsumsi buah Pidada, salah satu jenis mangrove di SMMA. Sejak adanya sampah, monyet ekor panjang lebih memilih mengais sampah untuk mencari sisa makanan manusia di dalamnya” terang Diaz Sari Puspitarini, staff Yayasan IAR Indonesia.
Diaz menjelaskan bahwa perilaku tersebut dapat membahayakan kelangsungan satwa liar ini. Pertama, sampah dapat menumpulkan naluri berburu kawanan monyet. Kedua, saat mengkonsumsi makanan, bisa jadi ada serpihan plastik yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Jika serpihan yang masuk terdapat dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan kematian. Pada akhirnya adalah kepunahan spesies ini tambahnya.
Kegiatan mulung sampah di hutan mangrove ini diselenggarakan oleh Transformasi Hijau (TRASHI) bekerjasama dengan Yayasan IAR Indonesia dan didukung oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) DKI Jakarta. Aksi para volunteer ini disebut “Trash Buster”.
Yusuf Aprianto, Koordinator Volunteer TRASHI menjelaskan bahwa jumlah relawan yang terlibat mencapai 30 orang, dan berasal dari berbagai kalangan. Ada yang mahasiswa, siswa sekolah, pekerja kantoran hingga pejabat instansi pemerintah. Selain itu, kami juga dibantu oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta untuk mengangkut sampah yang terkumpul, untuk selanjutnya dibuang ke TPA Bantar Gebang.
“Trash Buster ini dimulai dari pukul 08.00 – 11.00 WIB. Dalam waktu 3 jam, kami berhasil mengangkat 2,2 ton sampah yang sebagian besar merupakan sampah plastik. Lokasi pembersihan kami ini masih di sekitar gerbang masuk kawasan, belum merambah hingga ke dalam. Dibutuhkan beberapa kali aksi lagi untuk membersihkan akar mangrove dari kepungan sampah plastik” ujar Yusuf saat mengumumkan hasil bersih sampah yang diperoleh.
Pada Trash Buster selanjutnya kami akan melibatkan massa yang lebih banyak lagi, karena tentunya dengan banyaknya volunteer yang membantu, tentu sampah yang diangkat bisa lebih banyak. Selain itu kami juga membutuhkan dukunga pihak terkait untuk membangun jaring penahan sampah. Jaring yang sudah ada saat ini sudah tidak layak digunakan lagi. Jika jaring ini sudah terpasang, tentu sampah yang masuk ke SMMA saat air pasang naik jumlahnya akan semakin berkurang, pungkas Yusuf. (Hendra Aquan – TRASHI)