Pengamatan burung di lahan basah Ciliwung melibatkan anak usia sekolah (Dok. Ady Kristanto) |
Bulan Januari merupakan saat yang dinanti oleh para pengamat burung di seluruh dunia. Pada bulan ini, seluruh pengamat burung Asia – Pasifik melakukan kegiatan sukarela, yaitu Asian Waterbird Census (AWC). Pelaksanaan AWC secara serempak dilaksanakan pada minggu ke 2 dan 3 Januari. TRASHI beserta para relawan, akan melakukan sensus burung air ini pada 26 Januari 2013.
Menilik dari sejarahnya, AWC ini digagas oleh Wetlands International. Sejak pertama kali dilakukan pada tahun 1987, AWC telah dilaksanakan di 24 negara yang tersebar di 5.700 lokasi serta melibatkan ribuan relawan pengamat burung.
AWC dilakukan untuk mengumpulkan informasi tahunan mengenai populasi burung air di lahan basah. Data yang diperoleh ini sekaligus menjadi dasar evaluasi lokasi-lokasi penting bagi pelestarian burung air. Data yang didapatkan, tidak hanya jumlah populasi terkini satwa berbulu ini, tapi juga menjadi gambaran kesehatan habitatnya. Jika tingkat gangguan dan ancaman di sekitar habitatnya sangat tinggi, bisa dipastikan jumlah dan jenis burung air yang ditemui akan semakin berkurang, ujar Ady Kristanto koordinator riset TRASHI.
“Dalam AWC tahun ini, kami akan menghitung meliputi semua jenis pecuk, pelikan, cangak, kuntul, pelatuk besi, paruh sendok, bebek, angsa, burung pantai migran, camar dan burung pemangsa yang berasosiasi dengan lahan basah” terang Ady saat memberikan detil teknis pelaksanaa AWC yang dilakukan oleh TRASHI dan para relawan.
Disampaikan Ady, jenis-jenis burung air yang ditemui di lapangan kemudian dicatat dalam formulir yang telah tersedia dan dihitung jumlahnya. Informasi mengenai lokasi, peta, data pengirim serta informasi lain yang tercantum di formulir juga harus diisi dengan lengkap untuk memudahkan identifikasi data dan lokasi.
“Data lapangan hasil survey AWC kemudian ditampilkan dalam berbagai laporan yang akan menjadi data pendukung bagi kegiatan konservasi di tingkat lokal hingga dunia. Penggunaannya bisa beragam, seperti data awal penelitian spesies serta kondisi ekosistem lahan basah. Data tersebut dapat dikembangkan menjadi upaya penyelamatan burung air dan habitatnya dalam berbagai bentuk, seperti kampanye peningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah yang dikerjakan bersama antara pemerintah dan organisasi lingkungan terkait seperti TRASHI, tuturnya. (Hendra Aquan – TRASHI)