Berbagi pengalaman mengelola perpustakaan komunitas |
Perpustakaan berbasis komunitas lingkungan mungkin tidak banyak di Jakarta, oleh karena itu Komunitas Ciliwung Condet (KCC) bersama Green Camp Halimun dan Transformasi Hijau mengadakan sesi sharing pengelolaan perpustakaan komunitas. Ide pembentukan perpustakaan lingkungan ini karena prihatin melihat pengunjung yang datang ke KCC tidak bisa mendapatkan informasi banyak tentang Ciliwung dan bahkan Condet sendiri.
Bertempat di KCC, Yulia Endah, seorang pustakawati berbagi pengalamannya saat mengelola sebuah perpustakaan. Dia mengatakan bahwa perpustakaan identik dengan gudang buku. “Pengelolaan perpustakaan yang tidak menarik, atau koleksinya yang tidak selalu diperbaharui membuat orang enggan untuk membaca buku di perpustakaan. Perpustakaan seolah menjadi gudang buku saja” jelasnya ketika mengadakan diskusi dengan relawan Komunitas Ciliwung.
Di beberapa tempat di Jakarta, perpustakaan berbasis komunitas dengan konsep yang unik ternyata membuat orang tertarik untuk membaca. Berbeda dengan perpustakaan umum yang kerap kita kunjungi. Perpustakaan yang dikelola komunitas umumnya menyediakan koleksi buku spesifik. Misalkan, perpustakaan Panti Asuhan yang dikelola Yulia tentu menyediakan buku bacaan anak-anak. Perpustakaan lansia koleksi bukunya berkisar tentang info kesehatan.
“Perpustakaan adalah salah satu media hiburan untuk pengunjung yang bermain ke Komunitas Ciliwung Condet” ujar Abdul Khodir koordinatior KCC. “Kami ingin perpustakaan KCC ini bisa menjadi sumber informasi lingkungan, khususnya tentang Condet dan Ciliwung.
Tidak hanya untuk pengunjung dewasa juga, mimpi kami perpustakaan KCC ini juga bisa menjadi tempat alternatif belajar dan bermain anak-anak Condet, daripada mereka nongkrong dan berbuat hal-hal yang tidak baik” tambah Khodir ketika menyampaikan maksud diadakannya sesi sharing perpustakaan komunitas.
Yulia menambahkan, pengelolaan perpustakaan komunitas diusahakan semenarik mungkin dengan berjejaring dengan komunitas atau perpustakaan lain. Jejaring ini bermanfaat untuk berbagi pengalaman serta ajang tukar buku, sehingga bisa memperbaharui koleksi buku yang dimiliki komunitas. Dengan demikian, minat warga Condet untuk datang dan membaca akan semakin tinggi karena beragamnya buku yang tersedia. “Jangan pernah terjebak dengan asumsi yang mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia itu rendah jadi percuma ada perpustakaan. Yang benar adalah rendahnya minat baca karena tidak adanya akses kepada buku yang mendidik dan menarik” pesan Yulia kepada peserta diskusi. (Hendra Aquan – Transformasi Hijau)