Awalnya sih gak ada niat pengen ikut kemping, tapi karena gak ada yang bisa ikut kemping ini karena kebanyakan anak-anak di GC udah pada pulang ke kampung halaman masing-masing jadinya saya sendiri deh yang ikut kemping. Dan di undangan sendiri juga ada tulisan untuk mengirimkan maksimal 1 orang untuk komunitas dan 3 orang pelajar, yah jadi peserta lainnya yang komunitas juga sendirian, hehehe…
Di Sabtu pagi yang cerah tanggal 21 Januari 2012, jam menunjukan pukul 05.30, (dalem hati “mampus gw kesiangan, harus sampe TKP jam 8 kan”) yah biasalah bangun kesiangan gara-gara lagi liburan kuliah, rumah jauh dari Bekasi harus sampe Bojonggede yang lokasinya juga belom tau jadi ya jam segitu udah kesiangan anggapannya ^. Jam setengah 7 lebih dikit berangkat dianter sampe stasiun Kalibata. Membeli tiket kereta apa duluan yang ke arah Bogor, belilah tiket comutter line dan pas sekali jam setengah 8 kereta datang. Langsung naik dan melihat rute di mana stasiun Bojonggede itu berada.
Tepat jam 8 sampe di stasiun Bojonggede, kaya anak ilang baru pertama kali turun di stasiun ini. Melongok, tengok kiri tengok kanan, berbekal hape dan koneksi internet buat buka FB, ngechek alamat dari foto yg dikasih, dengan tingkat kesotoyaan super dewa akhirnya nekat nanya tukang ojek, nanya gang H. Wahidin di mana. Abang ojek pun dengan tingkat kesotoyan tinggi juga gak tau dan nyasar-nyasar dikit. Akhirnya dengan kesotoyan tingkat dewa pun menyebutkan nama daerahnya “bang kalo kampung Glonggong tau gak bang?” kemudian abangnya bilang “wah bilang dong mas dari tadi kalo mau ke kampung Glonggong, jadi gak usah muter2 gini kan” (dalem hati, mana saya tau bang, lah saya kan bukan orang sini ==”) Akhirnya setelah tau lokasinya langsung ke TKP, ngobrol sama abang tukang ojeknya (cie udah deket nih sama abangnya). Akhirnya sampe juga di lokasi, dan jam sudah menunjukan pukul 08.33, dan jeng jeng jeng, saya orang pertama yang sampe di situ.
Celingak celinguk gak ada temen, bener-bener kaya anak ilang, apa salah tempat apa gak jadi kemping ya ini? hahahahahaha, akhirnya setelah berani SKSD sama mba siapa gitu saya lupa namanya *maaf ya mbanya, akhirnya saya gak nyasar. Menikmati teh anget di warung saung di pinggir Ciliwung. Kemudian gerimis deras yang menyejukan di pagi hari di hutan bambu membuat suasana makin romantis. Yak jam sudah menunjukan pukul 10.00 nah loh belom mulai-mulai acaranya. Peserta yang lain juga belom pada dateng? Waduh dikira telat ternyata dateng paling awal (Indonesia biasalah).
Beberapa menit kemudian dateng bergerombol anak-anak entah ini pelajar atau mahasiswa, bawa tas gede-gede (agak minder gw cuma bawa tas laptop doang, sampe dikira salesman sama bapak-bapak di sana karena gw diem doang gak ngomong-ngomong, hahahahaha). Akhirnya saya dipanggil mba-mba yang tadi disuruh ngumpul, langsung tau-tau yak kamu masuk kelompok 2 yah. Nah loh langsung dimasukin kelompok, siapa pula itu kelompok 2, yaudahlah ikutan aja saya mah.
Setelah ngumpul, kemudian mendirikan tenda, ternyata eh ternyata harus mendirikan tenda sendiri, dan gw gak ada skill sama sekali mendirikan tenda. Ok dengan kesotoyan tingkat dewa mencoba mendirikan tenda dan hasilnya GAGAL TOTAL hahahahaha. Akhirnya dibantuin juga ngediriin tendanya, terimakasih mas-masnya *lagi-lagi gw lupa namanya. Setelah mendirikan tenda, kami dibuat kelompok dan diberikan materi untuk setiap kelompok, materinya yaitu Vegetasi, Air, Serangga, Herpet dan Burung. 1 kelompok terdiri dari 4 orang, ada saya sendiri, Rendi dari SMK berapa lupa, ada Intan dan Lukman dari Angsana (dan sialnya gw baru tw ternyata anak angsana bawa 9 orang kemping di sini, meeeeen tw begitu gw ngajak temen gw biar gk sendiri kaya anak ilang gk ada temen ==”) dan mentor kami si Ucup yang gak bisa ngomong V sama F jadi nyebutnya P (agak maksa sih lo cup ==”) yang ternyata 1 SMK sama Rendi,( dan faktanya lagi gw berasa tua di sini, yg lain masih di bawah gw, meeeeeeen ==”).
Di post Vegatasi, kami diberikan penjelasan tentang tumbuhan yang berada dipinggir kali Ciliwung *dan lupa lagi nama yang ngejelasin siapa. Contohnya yang paling banyak adalah Bambu. Bambu yang banyak dipinggir Ciliwung ternyata banyak manfaatnya. Gak cuma untuk warga sekitar, tapi juga untuk lingkungan sekitar Ciliwung (berasa belajar di kelas). Akar Bambu yang berserabut membuat tanah menjadi berpori-pori seperti lubang cacing, sehingga dapat menjadi cadangan air bersih. Bambu juga dimanfaatkan warga sebagai kerajinan rumah tangga, batang bambunya. Daun Bambunya dijadikan kompos oleh warga sekitarnya, tapi di batang Bambu juga ada bulu-bulu beracun yang dapat membuat kulit gatal, jadi berhati-hati jangan sampai memegang sembarangan (pengalaman gatel2).
Post kedua adalah Air, dijelasin sama bang Hendra, bawa-bawa biola yang bikin merinding, (ajarin dong bang #eh). Di post ini dijelaskan segala hal yang berkaitan dengan air, dan penjelasannya gak jauh-jauh dari kali Ciliwung ^^. Dijelasin semua kenapa air Ciliwung berwarna coklat, kenapa banyak sampah, apa penyebabnya, apa aja indikator air itu, dan masih banyak lagi. Ternyata bukan hanya sampah ataupun tanah yang membuat ciliwung berwarna coklat, tapi juga karena mikroorganisme yang berada di air, saat air berwarna coklat, itu menandakan bahwa mikroorganisme sedang menguraikan sampah atau semacamnya yang berada di air, dan jika air berwarna hitam pekat, itu menandakan mikroorganisme telah mati, kenapa? karena terlalu banyak material yang harus diuraikan, contohnya seperti manusia yang terlalu banyak makan. Selain itu penyebab mikrorganisme mati adalah turun atau hilangnya kadar DO di air, DO singkatan dari Dissolved Oxygen, oksigen terlarut yang berada dalam air. Jika kandungan oksigen di air hilang, mikroorganisme akan mati, parameter Air ada 3, fisik, kimia dan biologi. Fisik dilihat dari warna, rasa, bau, kekeruhan, pH, suhu, dll. Parameter kimia, yaitu kadar DO, BOD/COD yang ada di dalam air tersebut. Parameter biologi adalah hewan-hewan yang berada di sekitar air trsbt (eaaaaa berasa kuliah kimia lingkungan, laboratorium lingkungan, sama mikrob kalo denger-denger penjelasan bang hendra, hahahahahaha).
Oke next ke post serangga, haduh lupa lagi siapa nama kakaknya (angkatan 2007 IPB lah pokoknya). Di post ini dijelaskan tentang berbagai macam serangga yang ada di sekitar Ciliwung. Serangga adalah hewan yang banyak ditemui di seluruh dunia. Menempati sekitar 20% dari hewan di dunia. Masuk dalam Insecta -> Anthropoda (sotoy mode on nih, lupa semua^^). Dikasih tau kalo serangga merupakan parameter biologi kerusakan lingkungan. Contohnya adalah capung. Kebanyakan capung berada di daerah perairan yang sudah akan mulai tercemar. Jadi salah satu indikatornya adalah keberadaan capung tapi ada juga jenis capung lain, contohnya capung jarum. Capung jarum hanya bisa hidup diperairan yang bersih. Jika terdapat capung jarum, kemungkinan air yang berada dekat dengan lokasi capung tersebut belum tercemar (kesimpulan sendiri).
Post selanjutnya adalah Herpet. Pengajarnya halah pengajar namanya agak gimana gitu, dipanggil Second, apa Seken ya? (ups maaaf). Jujur baru denger sebutan ini. Herpet itu adalah hewan-hewan amphibia, contohnya katak, kodok, salamander, dan satu lagi lupa namanya anilia apa gitu, mirip cacing tapi tubuhnya tidak beruas ruas (lupa namanya^^). Kodok dan katak itu berbeda ternyata, dilihat dari cirinya, kodok kulitnya kasar, dan sedikit berlendir, sedangkan katak berkulit halus. Ada salah satu jenis kodok yang banyak ditemukan di Ciliwung. Warga sana menyebutnya kodok buduk (asli kesian nih kodok disebut buduk). Nama keren kodok buduk adalah Buffo melanusticus (bener gak ya lupa ^^). Merupakan salah satu indikator pencemaran lingkungan. Ciri-ciri kodok buduk itu berbadan kasar, seperti bentol-bentolan, dan kalau dilihat lebih seksama seperti memiliki alis mata.
Setelah hewan amphibi, kemudian reptil yang dibahas selanjutnya. Contohnya yaitu kura-kura, penyu, buaya, aligator, kadal, dan ular. Ada yang tau perbedaan kura-kura dan penyu? Baik secara fisik ataupun habitatnya? Dari fisik, kura-kura mempunyai cakar di kakinya, sedangkan penyu kakinya seperti sirip. Ada yang tau perbedaan buaya sama aligator? Biasanya buaya memiliki warna kulit coklat cerah, sedangkan aligator memiliki warna tubuh yang gelap dan ukurannya biasanya lebih besar. Kadal ada berbagai jenis, mulai dari cicak, iguana, chameleon, tokek, biawak dll. Ada yang mengira bahwa bunglon dan chameleon itu sama. Walaupun sama2 punya keahlian “mimikri” tapi mereka berbeda ternyata. Perbedaannya ada di mata. Mata chameleon bulat besar dan dapat melihat ke segala arah tanpa harus digerakan secara bersamaan, bola mata chameleon sangat unik, jika mata sebelah kiri melihat ke atas, mata kanan bisa melihat ke arah yang lain. Selain mata, chameleon juga memiliki lidah yang panjang untuk menangkap mangsa dari jauh, berbeda dengan bunglon (jadi inget buzushima yg di blody roar, hahahaha).
Masuk ke ular. Untungnya di daerah Ciliwung jarang terdapat ular. Jadi sedikit tenang saat kemping ^^. Apa sih perbedaan ular berbisa dengan ular yang tidak berbisa? Kalo dilihat secara kelakuan/kebiasaan ular berbisa cenderung tidak agresif dan santai. Sedangkan ular tidak berbisa itu sangat agresif. Berarti hati-hati sama orang yang santai dan tidak agresif. Diam-diam berbisa loh #eh #OOT hahahahahaha. Dan berhati-hati buat yang suka snorkling, diving, berenang di laut. Ternyata semua ular laut itu berbisa :O. Jika tidak cepat ditolong kurang dari 2 jam, orang yang terkena gigitan ular laut akan meninggal (wah bahaya bener yak).
Post terakhir adalah post burung, *Ada 2 orang dan gw lupa bener2 siapa namanya ==” di sini kami dikenalkan dengan berbagai macam burung, dan cara yang benar untuk melakukan pengamatan burung. Kami diajari cara melakukan pengamatan burung dengan menggunakan binocular, dan juga cara menggambar sketsa burung yang kami amati. Menggambar sketsa sangat penting agar kita dapat langsung mengidentifikasi spesies apa burung yang kita amati tersebut.
Setelah semua post selesai, kembali ke tenda masing-masing buat solat ashar. Entah tau2 para peserta disuruh main bentengan, dibagi jadi 4 kelompok. Hadeeeh gimana toh maen bentengan kok 4 kelompok, bingung-bingung dah mau ngenain yang mana. Hahahaha akhirnya jadi 2 kelompok. Lumyan menguras tenaga di sore hari walupun akhirnya badan gatel semua gara kena bulu-bulu pohon bambu hahahahahaha.
Area Konserpasi Ciliwung Bojonggede |
Yak kekakuan dari pagi sampe siang pun akhirnya mulai mencair, di saat menjelang magrib baru deh saya mulai membaur dengan anak-anak yang lain. Salah satunya anak-anak diploma IPB Angsana yang membawa segerombolan 9 orang (meeeeeeen diem aja pas gw ditanya kok dari GC sendiri ==”). Dan ketemu anak UI lainnya yang diem2 aja gak nyapa-nyapa saya. Hadeeeh dasar Riyan anak Sastra Arab 2010, junior di kampus.
Berkenalan dengan anak-anak Angsana, ada si Mey aka Nenek, Gina, Tia, Daus. Nanya-nanya tentang Angsana dijelasin satu-satu, bertukar pengalaman, cerita-cerita komunitas masing-masing dan ada juga gerombolan lain anak Angsana yang sedang main truth or dare. Saya jadi salah satu korban dari permainan itu, hahahahaha. Yak akhirnya mulai membaur dengan anak-anak yang lain.
Malam minggu pun diisi dengan kegiatan penjelajahan alam di malam hari mencari hewan herpet, dan hasilnya yang kami dapatkan adalah kodok buduk, kadal langit *keren nih kadal, katak kongkang kolam, dan cicak hutan yang berwarna hitam. Setelah melakukan penjelajahan, seluruh peserta menonton video yang berjudul “The Age of Stupid” film dokumenter yang rekomen buat ditontonlah. Terus tidur deh di tenda masing-masing, dan agak heran dengan tenda kelompok Angsana, 3 cowok 6 cewek. Kasian cowoknya #eh hahahahahaha.
Keseokan paginya, tepat bangun jam 5, saya dan Rian mencari masjid terdekat untuk solat subuh. Setelah solat dan melewati jalan yang gelap gulita kami kembali ke tenda, dan dikejutkan dengan cewe-cewe dari geng Angsana. “Gilak ada yang kentut bau banget gak kuat gue” kata si nenek sambil ngomel-ngomel keluar tenda dan langsung mendekat ke tenda gw… hahahahhaa *antiklimaks. Hahaha setelah insiden kentut itu pun saya berbenah karena harus pulang duluan. Rian pun ikut-ikutan mau pulang juga. Hadeh alasannya mau rapat.. alibi, hahahahaha.
Sebelum pulang saya dan Rian main di tenda angsana dulu. Lagi maen gombal-gombalan ternyata mereka. Yah jadi ikut-ikutan deh maen gombal-gombalan. Rian yang gak bisa ngegombal pun cuma dengerin doang *sabar ya yan puk puk puk. Yak serasa gak pengen pulang duluan deh setelah udah mulai akrab sama mereka. Tapi mau gimana lagi ada urusan mendadak yang harus sampe rumah jam 10. Setelah pamit akhirnya saya dan Rian mengejar kereta untuk kembali ke jakarta. Yak pengalaman pertamax kemping lah ini, walaupun agak berat gak ngikutin sampe akhir. Tapi ya semoga bisa ketemu lagi sama kalian. Walaupun pulang dari sana harus sakit kaya gini tapi gak hyesel deh ikutan kemping kemaren, hehehehehe…
Sekian share pengalaman saya, maaf kepanjangan ^^salam hijau
Mahfut Ardi – Kepala Divisi Media & Komunikasi Departemen Hubungan Masyarakat Green Community University of Indonesia
“Ketika pohon terakhir tumbang, sungai mulai tercemar, dan ikan mati, kita akan menyadari bahwa uang tidak bisa kita makan”
Sumber tulisan: http://on.fb.me/ABUEm2