Condet, 20 November 2011. Pagi itu, Komunitas Ciliwung Condet tidak seperti hari biasanya. Kawasan hijau di tepi Ciliwung ini mendadak ramai dikunjungi sekitar 200 warga Jakarta yang berasal dari beragam profesi. Mulai dari anak PAUD, sampai pejabat pemerintah. Mereka menyambangi Condet untuk ikut serta Nimbrung di Ciliwung.
Dalam rangka peringatan Hari Pohon Sedunia yang diperingati setiap 21 November, Jejaring Komunitas Ciliwung Condet yang terdiri dari 20 komunitas muda Jakarta dan didukung oleh Yayasan Danamon Peduli mengadakan pameran wisata pendidikan tepi sungai yang dikemas secara menarik. Kebayang donk, kalau pameran dengan tema lingkungan pasti bisa ditebak, kondisi seperti apa dan standnya pasti terkesan lingkungan banget. Pada peringatan kali ini, panitia sengaja memberi sentuhan yang berbeda, dengan mengemas kegiatan secara menarik dan edukatif.
Aksi Kaum Muda di Ciliwung
Diawali dengan aksi mulung sampah tepi kali. Puluhan anak muda yang berasal dari berbagai macam komunitas nimbrung di Ciliwung membersihkan bantaran sungai yang tercemar oleh sampah rumah tangga yang terbawa oleh luapan air Ciliwung pada malam sebelumnya. Hasil Trash Buster ini di luar perkiraan. Peserta berhasil mengumpulkan 820 Kg sampah plastik dalam waktu 90 menit. Bisa dibayangkan jika dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan luasan area yang lebih besar, kira-kira berapa yang bisa dikumpulkan ya?
Anak-anak PAUD nimbrung di Ciliwung |
Nimbrung di Ciliwung tidak hanya dihadiri oleh usia remaja, dewasa, tapi juga diramaikan oleh anak-anak PAUD Balekambang. Sekitar 20 anak usia PAUD mendapatkan pengalaman bermain di ruang terbuka, menyentuh tanaman, merasakan lembabnya rimbunan pohon dan beceknya tanah sehabis hujan. Anak-anak ini mendapat pengalaman mencintai lingkungan sejak dini. Di fasilitasi oleh Green Teacher Sampoerna School of Education dan Dongeng Kanvas Club, anak-anak diajarkan mencintai lingkungan melalui drama dongeng yang cukup menarik.
Bertemu Para Pakar
Acara ini juga mencoba memberikan sentuhan serius, dengan adanya diskusi interaktif antara perwakilan komunitas dari KPC Bogor, Peta Hijau Jakarta dan Jakarta Glue, serta perwakilan pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam diskusi ini Nirwono Joga dari Peta Hijau mengatakan “Pengaturan tata ruang wilayah DKI Jakarta sudah banyak yang melanggar rencana tata ruang yang ditetapkan. Kini diperlukan upaya tegas dari pemerintah untuk membenahinya.” Ditambahkan pula oleh Sylviana Murni, wakil Pemprov DKI, “untuk mengelola lingkungan yang baik, perlu adanya kerja bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan Ciliwung yang bersih”. Diperlukan koordinasi antar berbagai pihak, “dan tugas itu adalah tugas bersama antara semua komponen warga Jakarta”, pungkas Sylviana.
Kolaborasi Seni dan Pendidikan
Ikut memeriahkan juga Line Magic Community, yang merupakan komunitas pesulap muda Jakarta. Mereka membawakan sulap sebagai seni yang bisa ramah lingkungan. Selain tampih menghibur, property yang digunakan sudah Styrofoam Free. Tidak ketinggalan Komunitas Talang dan Komunitas Ciliwung Rawajati yang membawakan lagu bertemakan lingkungan dan sosial.
Panitia Nimbrung di Ciliwung |
Di akhir acara, diadakan pemutaran film dokumenter Ciliwung tahun 1920 dan 1940 oleh Komunitas Historia (KHI). Pemutaran film sejarah ini cukup memukau karena menampilkan sejarah Ciliwung dan Jakarta yang tidak pernah dipelajari di bangku sekolah. “Kecintaan generasi bangsa pada lingkungan, adalah wujud nasionalisme anak muda pada Indonesia” tutup Asep Khambali, dari KHI. Nimbrung di Ciliwung di akhiri dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai wujud kebanggaan dan kecintaan generasi muda pada bangsa dan lingkungannya. (Hendra Aquan)