Pohon bakau salah satu jenis mangrove |
Saya masuk menggunakan bis, yang ada di pikiran saya pertama kali adalah Saya mau masuk ke hutan konservasi atau mau beli rumah elit? Kebetulan supir yang belum tahu banyak daerah sana sedikit berputar2 jadi saya tahu beberapa bagian perumahan itu. Bener2 gak akan terdeteksi kalau didalam perumahan itu ada hutan lindung. Masuk juga Saya pake ditanya2in sama satpam dulu. Haduh… ini tempat umum kan ya mas?
Sampai di sebuah tempat Saya janjian sama kakak Ichay dari Transformasi Hijau. Dia dan teman2nya mau ngasih materi tentang observasi kami.
Oh ya, observasinya itu tentang mangrove. Tahu apa bedanya mangrove dengan bakau? Nah.. anak2 kota dalem ini (Cililitan) yang jarang ketemu laut kami ajak ke Muara Angke supaya ada timbul kesadaran untuk memperbaiki lingkungan.
Tahu kah? Sampah yang kalian buang sembarangan itu bisa merusak habitat mangrove loh.
– Sampah dibuang dijalanan
– Kehujanan kebawa ke aliran selokan
– Selokan berujung di kali
– Kali berujung di muara
– Muara tempatnya mangrove hidup
Di sana banyak sampah. Mereka nyangkut-nyangkut di akar2 pohon si api-api. Kasihan. Suasana di sana terbilang sangat aneh, saat kita masuk maka kita lihat hutan mangrove, tapi kalau ngeliat keluar pintu masuk yang kita liat jejeran rumah gedong yang lagi dibangun. Dengan segala kebisingannya, amburadul, berdebu, berantakan. Kurang banget fasilitas yang mendukung kalau di sana adalah tempat pendidikan. Sangat kurang, miris. Bahkan toilet gak ada, dan Mushola apalagi mesjid… sangat jauh. Hey!
Semua ini karena tanahnya dibeli oleh om-om kebanyakan duit yang gak mau tahu kepentingan orang banyak. Main nutup jalan seenaknya! Huh! Semoga pemerintah cepat sembuh dari ketuliannya dan menyadari kalau hutan konservasi muara angke adalah satu2nya hutan mangrove yang tertinggal di Jakarta ini. Aamiin.
Kami dipandu sama kak Agnesh dan kak Ebi. Di sana kita dibagi jadi 2 kelompok. Kelompok itu masih dibagi jadi 2 kelompok lagi. Jalan2 ngiter2 area sana sambil buat presentasi. Kakaknya tahu banyak tentang mangrove. Keren.
Mangrove yang terkenal itu akarnya, kenapa? Karena akar pohon mangrove itu bisa bertahan di air laut, bertahan dari asinnya air. Dan beberapa akar pohon mangrove mencapai luar tanah, sesuatu yang good buat ditilik. Akar2 mangrove bisa menyerap garam yang ada di air, jadi air laut yang ada di sekitar mangrove udah gak terlalu asin lagi. Ini berita bagus buat warga pinggir pantai bukan? Mengatasi krisis air tawar di lingkungan mereka. Hmm.. sejauh apa kesadaran mereka ya? Bisakah Saya membantu?
Akar2 mangrove mengikat substrat tanah dan lumpur di lingkungannya sehingga menciptakan lapisan keras baru. Bisa kali buat memperluas lahan Jakarta. Hehe.
Ranting dan dedaunan mangrove biasa ditinggali makhluk berjenis aves dan terkadang, kera. Baanyak sekali burung di sekitar mangrove ini.
Waktu itu kami bertemu juga dengan anak SMK 24 yang kebetulan lagi melakukan pengamatan burung di sana, dengan senang hati mereka membagi ilmunya. Burung yang ada di daerah tempat kami mengobservasi ada burung kuntul, burung merpati, burung blekok sawah, dan burung lain. Mereka menyampaikan sekitar 9 jenis burung. Wow pelajaran yang menarik terima kasih 😀
Kalau kera Saya belum ada yang menemukannya, mungkin ini bukan musim berbuah jadi jarnag keliatan deh. Ikan banyak ditemui, ada yang kecil2 ada juga ikan glodok, weh weh… ada ada aja
Sejarahnya, daerah glodok dinamakan glodok karena ikan ini. Waktu itu terjadi banjir besar di sana, saat banjir itu warga banyak menemukan ikan glodok. Jadilah nama daerahnya glodok. Hoho. Morfologi ikan ini sangat… lucu dan nyeleneh. Dia punya 4 sirip yang berfungsi mirip tangan, bisa dipake jalan di air. Hah? Jalan di air? Iya! Jadi struktur perairan mangrove itu kan berlumpur, gak rata kedalamannya, jadi ikan glodok ini dianugerahkan sirip jalan agar memudahkan aktivitas mereka.
Setelah observasi kami makan siang,dan sesi presentasi!
Lalu ada games nih sedikit dari panitia, dan setelah itu kami selesai dan pulang untuk mencari tempat ibadah. Insya Allah waktu untuk ibadah zuhur gak kehabisan kok.
Hmm.. lalu apa lagi ya? Saran aja deh buat temen2 yang ngebaca tulisan ini. Kalau kita beneran peduli lingkungan, mulai dari hal yang kecil. Mungkin kalian sangat bosan mendengar kalimat ini. Tapi ini langkah awal yang baik, kalau terus menerus membudaya buang-sampah-semau-gue aiiih… restorasi pantai Jakarta nggak dari tanah atau pasir nantinya, tapi dari sampah plastik dan Styrofoam, ish! Mau?
Nggak kan? Dan untuk langkah selanjutnya, gabung aja ke komunitas peduli lingkungan yang ada di lingkunganmu. Kalo gak ada, yaa.. ngongkos dikit lah. Hehe. Atau kamu bisa bikin komunitas peduli lingkunganmu sendiri di sekolah? Its good idea right?
Akhir kata, safe our mangrove, safe our breath, safe our future, be environment hero! (
Eska Ayu Wardani – SMAN 14 Jakarta)