Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor merayakan ulang tahun yang ke 2 pada tanggal 14 Maret 2011. Dalam rangka memperingati hari jadi ini, Komunitas KPC Bogor melakukan serangkaian kegiatan pada Sabtu, 12 Maret. Rangkaian kegiatan ini bertepatan dengan jadwal kerja Laskar Karung, yang jatuh setiap hari sabtu.
Acara selamatan diadakan di tepian ciliwung di Perumahan Kedung Badak Baru (seberang intake PDAM Tirta Kahuripan). Kegiatan dimulai pada jam 8 pagi dengan mulung sampah selama 2 jam. Jenis sampah yang dikumpulkan adalah sampah anorganik seperti sampah kemasan plastik, botol beling, STYROFOAM, kain, sepatu hingga bekas mainan anak-anak.
Jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan cukup banyak meskipun kegiatan ini hampir dilakukan setiap minggunya. Orang bilang pekerjaaan ini seperti “menguras air laut”, yang terkesan sia-sia dan bodoh ataupun seringkali dianggap gila.
Hanya idealisme dan tekad para Laskar Karung lah yang membuat mereka bertahan dengan segala keterbatasan daripada cuman berkeluh kesah dengan kondisi sungai Ciliwung yang kian memburuk setiap harinya.
Melalui kegiatan mulung ini, diharapkan bisa menjadi shock therapy bagi para pembuang sampah. Selain itu juga bisa memberi teguran halus untuk para pihak berwewenang yang belum menjalankan tugas mereka sebagaimana mestinya.
Seusai mulung, acara berlanjut dengan lomba mengumpulkan biota sungai yang bisa digunakan sebagai bioindikator pencemaran air sungai. Lomba ini dipandu oleh teman-teman mahasiswa IPB.
Dari lomba pengumpulan biota sungai ini, peserta berhasil mendapatkan larva serangga, lintah, cacing sutra, kepiting sungai, nimfa serangga air, dan berbagai jenis ikan seperti wader dan sapu-sapu. Tidak terbayang bukan, bahwa di sungai yang sudah tercemar ini kita masih bisa menemukan beragam makhluk hidup. Bagaimana jika sungai itu jernih dan bersih? Pasti lebih banyak biota yang akan mampir.
Untuk mengetahui tingkat pencemaran sungai, peserta menggunakan tabel penghitungan hasil sampel biota yang berhasil dikumpulkan dari sungai. Di sini kita diajarkan bagaimana cara pengukuran tingkat pencemaran dengan bantuan tabel jenis serta jumlah biota sungai yang berhasil dikumpulkan.
Walaupun hadiah “belum jadi”, peserta terbukti sangat antusias mengikuti lomba ini. Kegiatan ini tidak berhenti sampai di hadiah saja, tapi ke depannya diharapkan lebih banyak anak-anak sekolah yang bisa terlibat, sehingga mereka boleh belajar dan mencintai sungai mereka.
Kegiatan ditutup dengan penanaman pohon di bantaran sungai, serta acara bebas ngopi , ngobrol dan diskusi di bantaran sungai yang rindang. Asyik dan nikmatnya bisa hidup bercengkrama di tepi sungai yang telah dibersihkan. (Sudirman Asun – Jakarta Glue)